Rabu, 17 Desember 2014

apa itu ma'rifat

Aku {Allah] adalah perbendaharaan yang tersembunyi {Ghoib} , Aku ingin memperkenalkan siapa Aku, maka Aku menciptakanmakhluk. Oleh karena itu, Aku memperkenalkan diriKu kepada mereka.
Maka mereka itu mengenal Aku.. {hadist qudsi}Sebelum kita melangkah lebih lanjut dengan pembahasan mengenai Ma’rifat, maka ada baiknya kita memahami dulu apa sebenarnya Tasawuf itu. Karena Ma’rifat sangat erat hubungannya dengan tasawuf.Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf,Harun Nasution, misalnya menyebutkan 5 istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitual-suffah, (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah), saf (barisan), sufi (suci), sophos (bahasa yunani : hikmat), dan suf (kain wol). Keseluruhan kata ini bisa saja dihubungkan dengan Tasawuf.Sedangkan dari segi Linguistik (kebahasaan) Tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.Sedangkan dari segi istilah Tasawuf adalah upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.Tasawuf adalah merupakan bagian dari perkembangan ilmu Islam. Tasawwuf selalu menjadi perbincangan dalam setiap kurun waktu seiring dengan perjalanan sejarah umat Islam itu sendiri.Tasawwuf adalah fase kelanjutan umat islam dalam pencariannya terhadap Dzat Tunggal. Mereka berupaya mendaki maqam-maqamtasawwuf. Diantara konseptaswwuf tentang maqamat, terma ma’rifat termasuk yang menrik untuk dikaji lebih mendalam.Ilmu kesufian atau Ilmu Tasawwuf adalah ilmu yang didasari oleh Al-Qur’an dan Hadits dengan tujuan utamanya amar ma’ruf nahi munkar.Pengertian Ma’rifatDari segi bahasa Ma’rifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. Dan dapat pula berarti pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu yang bisa didapati oleh orang-orang pada umumnya. Ma’rifat adalah pengetahuan yang objeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam bathinnyadengan mengetahui rahasianya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui hakikat ketuhanan dan hakikat itu satu dan segala yang maujud berasal dari yang satu. Selanjutnya ma’rifat digunakan untuk menunjukkan pada salah satu tingkatan dalam tasawuf. Ma’rifat muncul seiring dengan adanya istilah Tasawwuf, dimana dalam Tasawwuf (dalam hal ini para sufi ‘) berusaha melakukan pendekatan dan pengenalan kepada Allah untuk mencapai tingkat ma’rifatullah yang tinggi. Disaat itulah mulai dikenal istilah Ma’rifat.Agar tidak terjadi kesalahan persepsi atas ma’rifat, ada baiknya kita mendalami kata ini secara komprehensif menurut pandangan dari sufi pertama yang berbicara tentang ma’rifat yang spesifik tentang tasawwuf yaitu Dzunnun al-Mishri, beliau berpendapat bahwa “Ma’rifat Sufistik pada hakekatnya adalah ‘irfan atau Gnost. Tujuan ma’rifatmenurut beliau adalah berhubungan dengan Allah, musyahadat terhadap wajah Allahdengan kendalinya jiwa basyariyah kepada eksistensinya yang inhern, wasilahnya dan mujahadah olah spiritual. Ma’rifat datang ke hati dalam bentuk kasyf dan Ilham.Dalam arti Sufistik, ma’rifat diartikan sebagai pengetahuan mengenai tuhan melalui hati sanubari. Pengetahuan ini lengkapdan jelas sehingga jiwa merasa satu dengan Allah.Prof DR Harun Nasution, mengatakan bahwa ma’rifat menggambarkan hubungan rapat dalam bentuk gnosis, pengetahuan dengan sanubari. Dalam artian mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati-sanubari dapat melihat Tuhan. Oleh karena itu orang-orang sufi mengatakan :1. Kalau mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan tertutup dan ketika itu yang dilihatnya hanyalah Allah.2. Makrifat adalah cermin, kalau seorang yang arif melihat ke cermin maka yang dilihatnya hanyalah Allah.3. Yang dilihat orang arif saat tidur dan bangun hanyalah Allah.4. Sekiranya Ma’rifat mengambil bentuk materi, semua orang yangmelihatnya akan mati karenatak tahan melihat kecantikan danbentuk keindahannya, dan semuacahaya akan menjadi gelap disamping cahaya keindahan yanggilang gemilang.Dari beberapa definisi di atas dapat kita fahami bahwa ma’rifatadalah mengetahui rahasia-rahasia Allah dengan hati sanubari. Tujuan yang ingin dicapai ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia yang terdapat dalam diri Tuhan.Sebagaimana dikemukakan al-Kalazabi, ma’rifat datang sesudah mahabbah, hal ini disebabkan karena ma’rifat lebih mengacu pada pengetahuan sedangkan mahabbah menggambarkan kecintaan.Ma’rifat dalam arti harfiah adalahPengenalan seorang Hambaterhadap Tuhannya, dalam hal ini adalah Allah, karena tujuan utama dari seorang hamba adalahmengenal Tuhannya denganbaik dan berusaha mencintaiNya.Dalam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi. “(Allah) mencintai mereka dan merekapunmencintai-Nya.” (QS. 5: 54). Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buahdari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, danlain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah). Ma’rifat kepada Allah adalah puncak tujuan seseorang hamba. Maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, tidak usahlah kau hiraukan berapa banyak amal perbuatanmu; meskipun masih sangat sedikit amal kebaikanmu sekalipun. Sebabma’rifat merupakan suatu karunia pemberian langsung dari Allah, maka ia sekali-kali tidak bergantung pada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.Fitrah manusia mengenal Allah, baik dalam pengertian ‘aam (umum) maupun dalam arti khush (khusus). Yang dimaksud mengenal Allah dalam pengertian umum ialah pengenalan iman kepada Allah, sebagaimana yang dikaji dalam ‘aqoidul iman yang sangat mendasar. Itulah ilmu tauhid yang disebut sebagai inti agama. Atau pokok dari segala yang pokok. Dengan kata lain, tauhid merupakan keyakinan yang paling dasar untuk diajarkan kepada setiap manusia sebelum lebih jauh menjalar pada aspek-aspek lain dalam agama.Adapun yang dimaksud pengenalan secara khusus ialah mengenal Allah dalam arti Ma’rifatullah (melihat Allah) dengan matahati. Maka ia melihat“Tak ada perbuatan yang bertebaran di alam ini , kecuali perbuatan Allah; Tak ada nama yang melekat pada suatu apapun,melainkan nama Allah; Takada sifat yang mewarnai diri, kecuali sifat Allah; Tak ada zat yang meliputi makhluk, melainkan Zat Allah”.Anugrah Allah kepada hamba yang dikasihi–Nya merupakan lensa ma’rifat yang hakiki kepada-Nya. Sebab bagi orang yang tak dapat anugerah Allah, iamengenal Tuhan mereka menurutversi angan khayal mereka. Seperti Fir’aun yang menuhankandirinya, Namrud menuhankan patung batu (arca) dan di zaman kini banyak orang yang menuhankan sesuatu selain Allah, seperti menuhankan kekuatan alam dan teknologi. Mereka itu sebagai contoh orang yang tidak mendapat anugerah ma’rifat dari Allah.Jika Allah telah menunjukkan kepada hamba-Nya dengan sebagian sebab-sebab sehingga iamenjadi orang yang ma’rifat, kemudian kepadanya dibukakan pintu kema’rifatan yang tetap (sakinah) sehingga ia mendapat ketenangan yang luar biasa. Dan ini merupakan nikmat yang paling besar.Apabila kamu dibukakan pintu ma’rifat yang hakiki maka janganlah kamu hiraukan amalmu yang sedikit. Sebab di atas telah diterangkan bahwa ma’rifat itu adalah anugerah dari Allah yang datangnya tidak menggantungkan akan banyak atau sedikitnya amal kebaikan.Ma’rifat adalah anugerah Allah yang didasari kasih Tuhan kepadahamba-Nya. Adapun amal ibadah sebagai persembahan hamba kepada Tuhannya. Dimisalkan; anugerah itu seperti martabat seorang budak yang diangkat oleh raja menjadi perdana menteri. Adapun amal ibadah seumpama upeti rakyat kepada rajanya. Maka betapa sangat jauh perbedaan antara keduanya.Sesungguhnya maksud dan tujuankebanyakan manusia memperbanyak amal kebaikan itu adalah agar mereka dapat mendekatkan (Taqarrub) dirinya kepada Allah dengan amal itu. Tetapi perlu disadari bahwa itu tidak akan berubah maksudnya karena banyak atau sedikitnya amal seorang hamba.Dalam hal ini dapat dimisalkan seperti orang yang sedang menderita sakit, disebabkan penyakit yang dideritanya maka menjadi berkuranglah ibadahnya kepada Allah. Boleh jadi penyakit yang dideritanya itu sebagai sebab dan isyarat terbukanya pintu kema’rifatan kepada Allah.Oleh sebab itu jangan mempunyai perasaan banyaknya amal ibadah yang tertinggal disebabkan sakit. Dengan sakit yang dideritanya itubisa merasa dekat dengan Allah. Perasaan lapang dada, luas hatinya dan telah meninggalkan berbagai kenikmatan dunia seraya diiringi oleh rasa cinta negeri akhirat. Juga telah siap tuk meninggalkan dunia nan fana sebelum kematian itu datang. Ini juga sebagai pertanda orang yang telah mendapatkan Nur Ilahiatau anugerah Allah. Kesadarannya bahwa Allah bisa berbuat apa saja menurut kehendaknya, sebagai tanda kearifannya.Alat untuk Ma’rifatAlat yang digunakan untuk ma’rifat telah ada dalam diri manusia yaitu Qalbu (hati), qalbu selain alat untuk merasa juga alat untuk berfikir. Bedanya Qalbudengan akal ialah bahwa akal takbisa memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan. Sedangkan Qalbu bisa mengetahuihakikat dari segala yang ada danjika dilimpahi cahaya Tuhan bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Qalbu yang telah dibersihkan dari segala dosa dan maksiat melalui serangkaian zikir dan wirid secarateratur akan dapat mengetahu rahasia-rahasiaTuhan, yaitu saat hati tersebut disinari cahaya Tuhan.Proses sampainya qalbu pada cahaya Tuhan ini erat kaitannya dengan dengan konsep takhalli, tahalli, tajalli. Takhalli yaitu mengosongkan diri dari akhlak yang tercela dan perbuatan maksiat melalui tobat, selanjutnyaTahalli yaitu menghiasidiri denganakhlak yang mulia dan amal ibadah. Sedangkan Tajalli adalah terbukanya hijab sehinggatampak jelas cahaya Tuhan. Dengan limpahan cahaya Tuhan itulah manusia dapat mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Dengan demikian ia dapat mengetahui apa-apa yang tidak bisa diketahuimanusia biasa. Orang yang sudah mencapai makrifat akan memperoleh hubungan langsung dengan Allah.Manfaat dari Ma’rifatSemua yang ada di alam ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah. Puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma’rifatullah). Kitadikatakan sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal Allah. Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar prestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah.Mengenal Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapatidak, dengan mengenal Allah kitaakan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu.Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kitatidak mengenal Allah, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya.Ciri orang yang ma’rifat adalah laa khaufun ‘alaihim wa lahum yahzanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan duniawi. Karena itu, kualitas ma’rifat kita dapat diukur. Bila kita selalu cemas dan takut kehilangan dunia, itu tandanya kita belum ma’rifat. Sebab, orang yang ma’rifat itu susah senangnya tidak diukur dari ada tidaknya dunia. Susah dan senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah. Maka, kita harus mulai bertanya bagaimana agar setiap aktivitas bisa membuat kita semakin kenal, dekat dan taat kepada Allah.Salah satu ciri orang ma’rifat adalah selalu menjaga kualitas ibadahnya. Terjaganya ibadah akan mendatangkan tujuh keuntungan hidup.Pertama, Hidup selalu berada di jalan yang benar (on the right track).Kedua, memiliki kekuatan menghadapi cobaan hidup. Kekuatan tersebut lahir dari terjaganya keimanan.Ketiga, Allah akan mengaruniakanketenangan dalam hidup. Tenang itu mahal harganya.Ketenangan tidak bisa dibeli dan ia pun tidak bisa dicuri. Apa pun yang kita miliki, tidak akan pernah ternikmati bila kita selalu resah gelisah.Keempat, seorang ahli ibadah akan selalu optimis. Ia optimis karena Allah akan menolong dan mengarahkan kehidupannya. Sikap optimis akan menggerakkanseseorang untuk berbuat. Optimisakan melahirkan harapan. Tidak berarti kekuatan fisik, kekayaan,gelar atau jabatan bila kita tidak memiliki harapan.Kelima, seorang ahli ibadah memiliki kendali dalam hidupnya, bagaikan rem pakem dalam kendaraan. Setiap kali akan melakukan maksiat, Allah SWT akan memberi peringatan agar ia tidak terjerumus. Seorang ahli ibadah akan memiliki kemampuan untuk bertobat.Keenam, selalu ada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Bila pada poin pertama Allah sudah menunjukkan jalan yang tepat, maka pada poin ini kita akan dituntun untuk melewati jalan tersebut.Ketujuh, seorang ahli ibadah akanmemiliki kekuatan ruhiyah, tak heran bila kata-katanya bertenaga, penuh hikmah, berwibawa dan setiap keputusan yang diambilnya selalu tepat.Kemampuan Manusia untuk melakukan Ma’rifatAllah menciptakan manusia dengan sempurna yaitu diberikannya bentuk tubuh yang baik, akal pikiran dan nafsu, kemudian manusia itu sendiri yangmenentukan mampu atau tidaknya menggunakan pemberianAllah dengan baik (QS. Attin: 4-5). Ruh sebagai power untuk menghidupkan seluruh anggota badan, Akal sebagai alat untuk menerima ilmu pengetahuan atau untuk mengetahui hakikat sesuatu secara logis tanpa mempertimbangkan hal-hal yang irasional, anggota tubuh seperti panca indra yang hanya dapat merealisasikan secara indrawi tanpa mempertimbangkan pernghalangnya. Dari semua anggota tubuh manusia hanya Hati yang dapat menerima sesuatu yang mutlak dari Allah yang maha kuasa karena hati adalah sebagai tuan dari anggotatubuh, semua aktivitas anggota tubuh digerakkan oleh hati dan hati adalah Allah yang menggerakkan.” Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya ” (QS.Al Bayyinah:4-6).” Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi manusia kebanyakan tidak bersyukur ” (QS.Al Baqarah:243), (Al Mu’min:61), (Yunus:60).” Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendakinya diantara hamba-hamba Nya ” (QS.Al Baqarah:90).Allah telah menyediakan dan memberikan beberapa kelebihan untuk manusia sehingga manusia yang asal mulanya sama diciptakan dari tanah kemudian mempunyai tingkat kelebihan yang berbeda disisi Allah karena ketaqwaan dan usaha mereka untuk mencapai kehadhirat-Nya. Kelebihan Allah yang diberikan kepada manusia diluar adat kebisaan manusia biasa (Khariqul Adat) dan diluar akal manusia, sehingga manusia yang mendapatkelebihan dapat berbuat diluar adat dan akal manusia.1. Para RasulMendapat kelebihan Mu’jizat dengan jalan mendapat Wahyu dari Allah untuk bekal da’wah menegakkan agama Tauhid dan memberantas kemusyrikan.Katakanlah: ” Sesunggguhnya akuini ( asalnya ) hanya manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku. Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa ” (QS. Al Kahfi:110 ).“Rasul-rasul itu kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Diantara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan Dia) dan sebagian- sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan kami berikan kepadaIsa putera Maryam beberapa Mu’jizat serta kami perkuat mereka dengan Ruhul Qudus ” (QS.Al Baqarah:253)2. Para NabiMendapat kelebihan Irhash dengan jalan mendapat Ilham dariAllah untuk bekal da’wah menegakkan kebenaran dan menghapuskan kejahatan.” Dan sesungguhnya telah kami lebihkan sebagian Nabi-nabi itu diatas sebagian ( yang lain ) dan kami berikan Zabur kepada Daud”(QS. Al Isra:55).3. Para WaliMendapat Karomah dengan jalan Mujahadah dan Riyadhoh yang tinggi dalam menjalankan pengetahuan tasawuf hingga mencapai Ma’rifat kepada Allah.Hubungan para wali dengan Allah sudah sangat harmonis sehingga segala kelakuan mereka dalam ketentuan Allah tanpa ada pengaruh syaitan, hawa Nafsu dan keduniaan. Banyak kita temuiKaromah para wali dijagat raya ini yang diluar kemampuan akal dan fisik manusia biasa untukmembuktikan keagungan dan kebenaran Allah.” Ingatlah,sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa ” (QS. Yunus:62-63)4. Para shalihin (orang-orang yang salih)Mendapat Ma’unah karena ketaqwaan mereka kepada Allah dan Istiqomah dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhkan laranganNya.“ Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu ” (QS. AlHujarat:13).” Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapaderajat, Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan ” (QS.AlMujadilah:11).” Dan Allah mempunyai kelebihan ( yang dicurahkan ) atas orang-orang yang beriman ” (QS. Ali Imran:152).5. Orang-orang yang Kafir atau FasikMendapat Istidroj yaitu kelebihan yang luar biasa yang menyalahi adat kebisaan manusia dengan jalan bersekutu dengan syaitan atau Jin kafir sebagai uluran azabAllah karena kekafiran atau kefasikan mereka.” Dan kami lebihkan mereka (Bani Israil) atas yang lain didunia ini ” (QS. al Jatsiyah:16)Perintah Mencari Kelebihan Allah dengan hati ( Melakukan Ma’rifat)Hati menurut ilmu kedokteran adalah darah hitam yang beku mempunyai bentuk tersendiri letaknya disebelah kiri dada (Heart) berfungsi sebagai penetral darah. Tetapi Imam Al Gazali tidak berbicara tentang bentuk dan fungsinya menurut ilmu kedokteran hanya berbicara menurut pandangan ilmu kebathinan (Tasauf). Hati menurut pandangan Tasauf adalah unsur halus yang bersifat ke-Tuhanan dan metafisik yang berada pada bentuk hati yang bersifat jasmani.Kelebihan Allah yang diberikan kepada manusia tertampung dalam wadah yang mulia yaitu hati. Kelebihan Allah yang ada pada hati manusia adalah akal, Bashiroh (Mata bathin), Niat, Pengetahuan Illahi / Hikmah dan yang tertinggi adalah Ma’rifat.Sesungguhnya Allah memerintahkan HambaNya untuk mencari kelebihannya, salah satunya adalah dekat mendekatkan diri padanya melaluihati sanubari (ma’rifat), sebagaimana ayat-ayat dibawah ini :” Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari kelebihanNya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu ” (QS. Annisa:32).” Dia akan memberi pada tiap-tiaporang yang mempunyai kelebihan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut akan ditimpa siksa hariqiamat ” (QS. Huud:2).2 Cara Untuk Memperoleh Kelebihan Allah1. Wahbi atau LadunniYaitu kelebihan Allah yang diperoleh dengan jalan wahyu atau ilham tanpa ada usaha, mudah dan cepat mendapatkannya karena langsung dari Allah. Seperti, para Rasul dengan wahyu, Nabi denganilham.2. Kasbi atau IkhtiyariYaitu kelebihan Allah yang diperoleh dengan usaha yang keras, sulit mendapatkannya dan dalam waktu yang relatif lama. Seperti, kelebihan orang shalih yang diperoleh dengan istiqomah beribadah atau menjalankan tasauf dengan Mujahadah dan Riyadhoh yang tinggi.Setiap manusia dapat memperoleh kelebihan yang Allah sediakan untuknya asalkan mereka mampumenjalannya dengan baik dan hatiyang bersih atau Allah memberikan langsung dengan mudah tanpa usaha melalui wahyuatau ilham.Dalam usaha memperoleh kelebihan Allah, ada beberapa tingkat perbedaan manusia sesuaidengan akal dan kebisaan mereka.1. Hati anak kecil yang belum sempurnaMenerima petunjuk Allah, ia dapatmengalami keajaiban Tuhan tetapitidak dapat mengimpretasikan apa-apa yang dialaminya.2. Hati yang kotorKarena berbuat maksiat dan mengikuti hawa nafsu sehingga tidak dapat menerima kelebihan Allah sebelum dibersihkan terlebihdahulu.3. Hati yang labilMasih bimbang mencari sesuatu keduniaan walaupun selalu beribadah belum dapat menerima hakikat ke-Tuhanan kecuali ia meninggalkan kesibukan dunia.4. Hati yang bodohTerhadap hakikat keTuhanan ia beribadah tetapi tidak mempelajari tentang hakikat ke-Tuhanan Allah yang sebenarnya atau ia tidak mencarihakikat ke-Tuhanan Allah.6. Hati yang terhijabKarena pengaruh pengetahuan atau mengikuti sesuatu ajaran / dogma yang dapat menutup hatinya dari hakikat ke-Tuhanan Allah.Lima Kelebihan hati yang tidak Ada Pada Anggota Tubuh1. Tempat persaingan iman dan syaitan untuk menguasai2. Pengendali gerakan akal dan hawa nafsu3. Penggerak anggota tubuh4. Obat untuk memperbaiki hati sangat sulit5. Banyak penyakit hatiPengetahuan hati lebih utama dibanding pengetahuan akal atau panca indra, karena pengetahuanakal atau indra obyeknya terbatas hanya bersifat Empiris dan Rasional dan sering tertipu oleh obyek yang sedang diamati atau bersifat Spekulatif yang sering mengundang kontradiksi diantarapara ilmuwan.Pengetahuan hati mempunyai tigakelebihan1. Pengetahuan hati tidak terbatas pada sesuatu yang bersifat Empiris dan Rasional tetapi dapat mengetahui sesuatuyang Metafisik dan yang maha Muthlak.2. Pengetahuan hati dibimbing oleh Ilahi dengan Wahyu, Intuisi dan Hidayah.3. Hati tempat penilaian Tuhan untuk semua amal manusia.Keutamaan Ma’rifatMa’rifat adalah mengenal yang hak pada segala Asma dan sifatNya dengan sebenar-benarnya. Ma’rifat adalah keistimewaan yang tertinggi yangada pada hati, karena seseorang yang sudah ma’rifat hubungan antaranya dan Allah sudah sangat dekat dan harmonishingga dirinya menyatu dengan Allah, sifatnya adalah sifat Allah dan semua aktivitasnya adalah qudrat Allah.” Siapa yang mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya ” (al Hadits). Abu Ali Addaqaq berkata:”Kehidupan orang yang Arif selalu tenang tidak ada rasa takut atau bersedih hati dan tingkah lakunya menunjukkan kehebatan Allah “.Penghalang Melakukan Ma’rifatSyaitan selalu berusaha untuk menghalangi usaha manusia dalammencapai kelebihan Allah (Melakukan Ma’rifat) dengan bermacam halangan agar manusiatidak dipandang oleh Allahdan jauh dari rahmatNya. ”Syaitan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruhkamu berbuat kejahatan” (QS.Al Baqarah:268). Ada beberapa penghalang yang berupa dosa yang menghalangi manusia untuk mencapai kelebihan Allah diantaranya dosa-dosa itu adalah:• Perbuatan Maksiat• Mengikuti Hawa nafsu• Cinta pada dunia• Mengikuti dogma / ajaran yang dilarang agama.Ma’rifat dalam Pandangan Al-Qur’an dan HaditsDari uraian diatas telah dijelaskanbahwa ma’rifat adalah pengetahuan tentang rahasia-rahasia dari Tuhan yang diberikankepada HambaNya melalui pancaran CahayaNya (Tuhan) ke dalam hati seorang Sufi. Dengan demikian Ma’rifat berhubungan dengan Nur (CahayaTuhan). Di dalam Al-Qur’an dijumpai tidak kurang dari 43 kali kata Nur di ulang dan sebagian besar dihubungkan dengan Allah. Salah satunya ayat di bawah ini :و من لم يجعل الله له نورا فما له من نو ر”Dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (QS. Al-Nur 24:40)Ayat di atas berbicara tentang cahaya Allah, cahaya tersebut hanya diberikan Allah kepada hambaNya yang Dia kehendaki. Mereka yang mendapatkan cahaya dengan mudah akan mendapatkan petunjuk hidup, sedangkan mereka yang tidak mendapatkan cahaya akan mendapatkan kesesatan hidup.Dalam Ma’rifat kepada Allah yang didapatkan orang Sufi adalah cahaya. Dengan demikian ajaran Ma’rifat sangat dimungkinkan terjadi dalam Islam dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Selanjutnya di dalam Hadits kita jumpai sabda Rasulullah yang berbunyi :كنت خزينة خا فية احببت ان اغرف فخلقت الخلق فتعر فت اليهم فعرفونىAku (Allah) adalah perbendaharaan yang tersembunyi (Ghaib), Aku ingin memperkenalkan siapa Aku, makaaku ciptakanlah mahluk. Olehkarena itu Aku memperkenalkan DiriKu kepada mereka. Maka mereka itu mengenal Aku (Hadits Qudsi)Hadits tersebut memberikan petunjuk bahwa Allah dapat dikenal oleh manusia. Caranya dengan mengenal atau meneliti CiptaanNya. Ini menunjukkan bahwa Ma’rifat dapat terjadi, dantidak bertentangan dengan ajaran Islam.p e n u t u p ;D alam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi. “(Allah) mencintai mereka dan merekapunmencintai-Nya.” (QS. 5: 54). Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buahdari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, danlain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah).Dalam buku “Mahabbatullah” (mencintai Allah), Imam Ibnu Qayyim menuturkan tahapan-tahapan menuju wahana cinta Allah. Bahwasanya cinta senantiasa berkaitan dcngan amal. Dan amal sangat tergantung pada keikhlasan kalbu, disanalah cinta Allah berlabuh. Itu karena Cinta Allah merupakan refleksi dari disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bukan kecintaan yang tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain AllahTidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah SWT. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dankebesaran Allah secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang mendalamkepadaNya.Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, disinilah kita sebagai hamba Allah bisa membuktikan bahwa ma’rifat kepada Allah juga tertanam dalamkalbu kita, berusaha mewujudkannya dalam setiap perbuatan, ibadah dan merealisasikannya dalam kehidupan sehingga kita termasuk dalam golongan ma’rifatullah.Ibnu Qoyyim dalam kitab Al Fawaidhal 29, mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama, melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah” seperti dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.” (QS. Ali Imran: 190)Jelas sudah dari ayat di atas, bahwa Allah tidak melarang bahkan memerintahkan HambaNyauntuk mengenal diriNya,Ma’rifat kepada Tuhan tidak bisa ditemukan meskipun dengan menyembahnya secara benar. Ma’rifat dapat ditemukan dengancara larut dengan-Nya, melalaikandunia secara total dan terus-menerus berpikir tentang-Nya. Mungkin bagi kita yang hanya sebagai manusia yang tergolong kedalam golongan ma’rifat mukmin menurut Dzunnin al-Mishrimasih di kategorikan belum mampu untuk larut dengan-Nya, melalaikan dunia secara total danterus-menerus berpikir tentang-Nya. Begitu pula yang termasuk ke dalam golongan ma’rifat ……. Mereka adalah para filosof, ahli ilmu kalam, dan para pemikir. Mereka hanya mengetahui Allah berdasarkan data-data empiris melalui penelitian-penelitian.Mereka tidak mengenal Allah dan mereka tidak mampu membuka hijab Allah SWT karena mereka tidak sepenuhnya memusatkan pikiran dan hidup mereka untuk mengetahui Dzat Allah.Bagi mereka mengetahui untuk kajian ilmiah sudah cukup membuktikan adanya Allah SWT. Mereka tidak dapat membuka hijab Allah karena mereka belum dapat melalaikan dunia secara total. Sedangkan ma’rifat awliya muqarrab. Mereka adalah nabi, wali, dan sufi yang mempunyai pribadi yang dekat dengan Allah SWT. Hanya mereka yang mampu membuka hijab Allah SWT. Karena mereka sudah mampu untuk larutdengan-Nya, melalaikan duniasecara total dan terus-menerus berpikir tentang-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih